Wednesday, January 7, 2009

Asas Kepercayaan Kristian Yang Perlu Diketahui Siri 1 (Dosa Warisan)

Berdakwah kepada orang yang belum Islam adalah amanah yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam. Oleh kerana itu, pendakwah perlu dahulu memahami secara tepat ajaran agama-agama lain supaya kita tidak dituduh menyebarkan fitnah berhubung dengan agama lain...Justeru sebelum kita bercakap tentang Kristian, kita perlu memahami asas-asas kepercayaan mereka.

Asas Kepercayaan Kristian :

i) Dosa warisan
ii) Anak Tuhan
iii) Ketuhanan Jesus
iv) Penyaliban Jesus
v) Triniti


Inilah asas-asas yang perlu dikuasai oleh para pengkaji kerana atas asas inilah terbinanya segala kepercayaan dan akidah mereka.

i) Dosa Warisan

Kisah dosa warisan -> (Kejadian 2:7-25 dan 3:1-20)

Dari kisah inilah munculnya kepercayaan dan doktrin DOSA WARISAN. Ringkasnya ialah Adam telah melanggar larangan Allah yang melarangnya mengambil dari buah pohon pengetahuan (epal). Adam digoda oleh isterinya hawa yang telah dipengaruhi Lucifer yang menjelma dalam bentuk ular. Perlakuan Adam dan Hawa ini adalah satu dosa yang sangat besar dan dosa ini diwarisi oleh seluruh keturunannya. Kepercayaan atau akidah ini dijelmakan melalui surat-surat Paulus, antaranya :

(1Korintus 15:20-22 dan Roma 5:12-14)

Perlu kita ketahui di sini bahawa, para ilmuan Kristian sendiri berselisih pendapat tentang persoalan ini :

1. Jesus mati untuk menebus dosa semua manusia. Oleh itu, semua manusia telah selamat dan akan dimasukkan ke dalam syurga walaupun dia bukan beragama Kristian.
2. Hanya orang yang beriman dan dibaptistkan akan masuk syurga.

Adakah seseorang itu akan masuk syurga sekiranya dia tidak sempat dibaptist? Berhubung dengan persoalan ini, terdapat dua pendapat :

a) Kekal di dalam neraka
b) Akan diberi peluang kedua ketika Jesus kembali

Kepercayaan terhadap dosa warisan inilah yang melahirkan kepercayaan-kepercayaan lain dalam agama Kristian. Tanpa kepercayaan terhadap dosa warisan ini, maka tidak akan wujud kepercayaan tentang perutusan Jesus sebagai juruselamat dan Jesus tidak perlu mati ditiang salib untuk menebus dosa manusia.

Seperkara lagi yang kita perlu ketahui, dosa yang dilakukan oleh Adam disebabkan hawa. Oleh kerana Hawa menggoda Adam memakan buah larangan di Taman Eden, maka kaum wanita telah disumpah dengan sumpahan dan kematian.

Dia (Tuhan) memberi 9 sumpahan dan kematian :

1. Menderita kerana senggugut (Apabila datang haid)
2. Hilang dara
3. Menderita kesakitan mengandung
4. Sakit melahirkan anak
5. Menderita membesarkan anak
6. Kepalanya ditutup seperti orang berkabung
7. Telinganya dicucuk (dipakaikan anting-anting) seperti abdi
8. Seperti amah dia menunggu suaminya
9. Persaksiannya tidak diterima
10. Selepas semua sumpahan itu, datanglah kematian.

" Nasib baik bukan orang lelaki yang hasut orang perempuan. Kalau tidak, orang lelakilah yang kena mengandung...hehehe..." (^_^)

Bersambung Siri 2.....

1 comment:

Melica Shandra Ferra said...

Kasih VS Keadilan~

Agama–terutama agama-agama besar dunia–merupakan gerakan kritik pada upaya penistaan atas manusia. Jika prinsip-prinsip dasar ajaran ini menjadi muatan dakwah dan misi Islam dan Kristen, maka kedua agama itu bisa saling melengkapi dan mempersyaratkan. Yang diuntungkan dari dakwah dan misi seperti ini tentu bukan hanya umat Islam dan Kristiani, melainkan seluruh umat manusia, terutama yang tertindas atau teraniaya.

Islam dan Kristen adalah dua agama paling gencar dalam menyampaikan ajaran-ajarannya ke tengah masyarakat. Penyampaian ajaran itu dalam Islam disebut dakwah, dan dalam Kristen disebut misi atau pengabaran injil. Dalam Islam, perintah penyebaran ajaran itu tertuang dalam Alqur’an dan hadits Nabi Muhammad. Allah berfirman, “Ajaklah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmat-kebijaksanaan, nasehat yang baik, dan dialog yang konstruktif (wa jadilhum billati hiya ahsan)” [QS, al-Nahl (16): 125]. Nabi Muhammad pun pernah bersabda, “Sampaikanlah sekalipun satu ayat dari ajaranku” [ballighu `anni walaw ayatan].

Sementara dalam Kristen, Matius 28: 19-20 adalah ayat yang paling kerap dijadikan pegangan sebagai landasan pengabaran itu. Yesus berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Pada dasarnya, pengabaran ajaran agama adalah baik. Saya percaya, baik di dalam Alqur’an maupun Injil, terkandung nilai-nilai kemanusiaan yang universal, seperti perintah berbuat adil, mengasihi-mencintai sesama, maupun membantu kelompok-kelompok lemah-tertindas. Tidak ada agama yang datang sebagai ekspresi kesenangan dan kenikmatan hidup. Agama–terutama agama-agama besar dunia–merupakan gerakan kritik pada upaya penistaan atas manusia. Jika prinsip-prinsip dasar ajaran ini menjadi muatan dakwah dan misi Islam dan Kristen, maka kedua agama itu bisa saling melengkapi dan mempersyaratkan. Yang diuntungkan dari dakwah dan misi seperti ini tentu bukan hanya umat Islam dan Kristiani, melainkan seluruh umat manusia, terutama yang tertindas atau teraniaya.

Namun, tak bisa disangkal, bahwa di dalam kitab-kitab itu tercantum pula partikular-partikular ajaran yang sekiranya diimplementasikan secara harafiah akan potensial menimbulkan petaka dan ketegangan antar-umat beragama. Dengan ayat-ayat partikular itu, tak sedikit orang berpendirian perihal pentingnya melakukan islamisasi dan kristenisasi. Banyak orang bangga dan merasa puas ketika berhasil mengkristenkan atau mengislamkan orang lain. Seakan pahala Tuhan ada dalam genggaman begitu seseorang berhasil membaptis dan men-syahadat-kan orang lain, tak peduli walau itu dilakukan dengan paksaan dan intimidasi. Untuk mengukuhkan agendanya itu, Matius 28 pun disitir lepas dari konteksnya. Begitu juga, tidak sedikit tokoh Islam dengan menyitir satu-dua ayat Alqur’an yang memerintahkan mengungguli umat agama lain dengan alasan mereka kafir dan musyrik.

Mengabarkan dan mendakwahkan ayat-ayat yang eksklusif-radikal seperti itu jelas kontra-produktif bagi terciptanya kerukunan umat beragama di Indonesia. Hemat saya, yang perlu dikabarkan buat bangsa Indonesia yang lagi mengalami multi-krisis bukan Matius 28, melainkan Matius 19: 16-20 yang memuat ajaran kasih dan etika sosial. Disebutkan, “Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata; ’Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?’ Jawab Yesus: ’Apa sebabnya engkau bertanya kepadaku tentang apa yang baik? Hanya satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah’. Orang itu kembali bertanya kepada-Nya, ’Perintah yang mana?’ Kata Yesus, ’Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihanilah sesamu manusia seperti dirimu sendiri’.”

Yesus Kristus pernah ditanya seorang ahli Taurat tentang hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat. Yesus menjawab,”Kasihanilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.” Lalu Yesus ditanya kembali tentang hukum kedua yang sama dengan itu. Yesus menjawab, “Kasihanilah sesamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” [Matius 22: 36-40]. Ayat-ayat itu sebagai bukti kuat keberpihakan dan komitmen Kristen terhadap tegaknya etika sosial dan nilai-nilai kemanusiaan universal. Di tengah angka pengangguran, kebuta-hurufan, dan kemiskinan yang tinggi di Indonesia, ayat-ayat dalam Injil tersebut makin menemukan relevansi dan signifikansinya untuk diterapkan.

Selanjutnya, dalam konteks Indonesia yang lembek dalam penegakan hukumnya, umat Islam lebih relevan mendakwahkan ayat-ayat keadilan Alqur’an ketimbang ayat-ayat yang menyuruh membunuh orang-orang kafir dan kaum musyrik. Allah berfirman, “Berbuat adillah karena keadilan itu lebih dekat pada ketakwaan” (QS, al-Ma’idah [5]: 8). Penegakan keadilan yang dikehendaki Alqur’an meliputi keadilan sosial, ekonomi, politik, dan keadilan di bidang hukum. Allah menegaskan, keadilan merupakan ukuran kualitas ketakwaan seseorang. Alqur’an pun mengatakan bahwa penegakan keadilan itu bukan hanya spesifik syariat Islam, melainkan juga mencakup pada seluruh syariat agama-agama semitik lainnya.

Sekiranya ayat-ayat pembebasan yang lebih diutamakan sebagai materi dakwah-misi para pengkhotbah agama di Indonesia, saya kira ketegangan yang kerap menyertai hubungan antar-umat beragama di Indonesia bisa dikurangi. Sebab, fokus perhatian muballigh dan missionaris tidak lagi pada penambahan jumlah keanggotaan suatu agama, melainkan pada kerja sama untuk advokasi dan pembebasan masyarakat tertindas. Namun, jika tetap tak ada perubahan fokus pada misi dan dakwah Islam dan Kristen, maka kekisruhan yang menyertakan penganut dua agama tersebut akan tetap sulit untuk akhiri. Untuk itu, kita tidak hanya perlu menelaah kembali makna dakwah, misi atau pengkabaran Injil, tapi juga perlu melakukan reorientasi dan perubahan fokusnya.

Penulis: Abd Moqsith Ghazali

Sumber: http://islamlib.com/id/artikel/reorientasi-dakwah-islam-dan-pengabaran-injil/

Komentar Iman Kristen:

Terima kasih atas pengakuan anda atas inti agama Kristen adalah Kasih dan inti agama Islam adalah Keadilan. Sekilas memang demikian…, tetapi saya akan telaah lebih dalam lagi.

Perjanjian Lama berisikan keadilan Allah tanpa jalan keluar. Perjanjian Baru berisikan jalan keluar dari Murka dan Keadilan Allah melalui Kristus. Disinilah kasih Allah diberikan untuk “menampung” keadilan Allah.

Islam hanya memperkuat Perjanjian Lama namun kurang mengerti makna Kasih dalam Perjanjian Baru sehubungan dengan Perjanjian Lama.

Semoga anda semakin jernih menelaahnya.

Salam.